Sikap Memaafkan

Dr. Muhammad Arifin Ismail, Lc., M.A., M.Phil.

Rasulullah adalah manusia yang selalu berinteraksi dengan manusia lain dengan penuh rahmat dan kasih sayang, walaupun terhadap orang yang memusuhinya. Dalam hadis Rasulullah bersabda :
الا ادلك على اكرم اخلاق الدنيا و الاخرة ؟ ان تصل من قطعك و تعطى من حرمك و ان تعفو عمن ظلمك (رواه الطبرانى)
Apakah kamu ingin aku beritahukan tentang akhlak yang paling mulia di dunia dan akhirat? Hendaklah kamu menghubungkan silaturahmi kepada orang yang memutuskannya, engkau memberikan sesuatu kepada orang yang membenci engkau, Dan memberikan maaf kepada orang yang mendzalimi engkau ” ( riwayat Thabrani ). Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa sikap memaafkan orang itu akan memudahkan perhitungan amal di hari akhirat (hadis riwayat hakim).

Sikap mulia memaafkan orang dzalim tersebut dicontohkan Rasulullah dalam kehidupan. Sebagai contoh dalam penaklukan kota Makkah, sebenarnya Rasulullah dapat membalas kejahatan masyarakat Makkah yang telah menyiksa kaum muslimin sewaktu berada di Makkah, juga mereka pernah menghina, memerangi, mencoba untuk membunuhnya sehingga beliau berhijrah ke kta Madinah, tetapi sewaktu beliau dapat memasuki dan menguasai kota Makkah, beliau berkata kepada seluruh penduduk Makah : “ Kamu semua bebas “. Mereka tidak ditawan, apalagi dipaksa untuk memeluk agama Islam, tetapi sebagian besar dari masyarakat Makah itu sendiri yang memeluk agama Islam setelah melihat sikap kasih sayang Rasulullah kepada mereka. Bahkan kepada Abu Sofyan, pemimpin kota Makkah ketika itu, Nabi bersikap dengan kasih sayang. Abu Sofyan adalah pemimpin masyarakat Makkah yang termasuk perancang seluruh peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dan musyrik Makkah, tetapi sewaktu Rasulullah masuk kota Makah beliau menjamin keselamatan dirinya , malah menjadikan rumah Abu Sofyan diantara tempat perlindungan masyarakat Makah dengan sabda beliau : “ Siapa yang masuk ke rumah Abu Sofyan akan memperoleh keselamatan, dan semua perbuatannya akan diampunkan “ ( riwayat Bukhari dan Muslim ).

Demikian juga sikap nabi kepada Hindun, istri dari Abu Sofyan, yang pernah membelah dada pamannya Hamzah di dalam perang Uhud, dan mengorek hatinya dari dada pamannya tersebut dan memakan hati tersebut sebagai bukti kebenciannya terhadap Islam. Sewaktu Hindun datang menjumpai Rasulullah untuk menyatakan keislamannya, Rasulullah menerimanya dengan tangan terbuka tanpa bertaya dan menyinggung tentang perbuatan Hindun kepada pamannya tersebut,dan sikap ramah Rasulullah tersebut sangat berkesan di hati Hindun, sehingga dia berkata : “ Ya Rasulullah, pada waktu dulu tiada yang lebih kubenci selain engkau, tetapi sekarang tiada yang lebih aku sayang kecuali engkau “ ( riwayat Bukhari ).

Wahsyi, adalah hamba sahaya dari Hindun yang disuruh Hindun untuk membunuh paman nabi Hamzah. Sewaktu Wahsyi datang, nabi menerimanya dengan baik, hanya nabi berkata : “ Janganlah engkau datang ke tempatku lagi, sebab kedatangan engkau memngingatkanku kepada pamanku”. Ucapan nabi tersebut bukanlah karena kebencian kepada Wahsyi, tetapi karena nabi tidak ingin mengingat kembali cerita pembunuhan yang terjadi ke atas diri pamannya tersebut.

Ikrimah, adalah anak lelaki Abu Jahal, seorang pemimpin kaum musyrikin Makkah yang selalu memusuhi dan memerangi nabi. Sewaktu Rasul masuk ke Mekkah, dia lari ke yaman, sebab khawatir nabi Muhammad akan membalas dendam terhadap perbuatan ayahnya. Istrinya yang telah memeluk Islam pergi ke yaman untuk memujuknya balik ke Makah. Ikrimah datang ke Madinah bersama istrinya, dan ketika Rasulullah melihat kedatangannya, Rasul segera berdiri dengan perasaan gembira seperti menyambut seorang pemimpin, dan beliau berkata : “ Wahai penunggang kuda yang berpindah-pindah, ( nabi memuji keberaniannya ), kepulangan engkau sangat ditunggu-tunggu dan disambut oleh kami semua “ ( riwayat Tirmidzi ).

Habar bin Aswad pernah menolak putri Nabi, Zainab dari untanya sewaktu Zainab akan berhijrah ke Madinah. Akibat perbuatan tersebut, Zainab cedera dan kandungannya gugur. Pada waktu penaklukan kota Makah, dia sudah berniat akan pindah ke negeri Parsia disebabkan khawatir dengan sikap balas dendam dari Rasulullah. Tetapi setelah mendengar kepribadian Rasulullah yang penuh kasih sayang, dia memberanikan diri untuk menghadap Rasulullah dan berkata : “ Ya Rasulullah, sebenarnya aku ingin melarikan diri ke Persia, tetapi setelah aku mendengar kebaikan sikapmu maka aku datang kepadamu mengakui kejahilan sikapku terdahulu yang pernah aku lakukan, dan sekarang aku datang untuk memeluk agama Islam “. Nabi menerimanya dan bersikap kepadanya dengan penuh kasih sayang sebagaimana sikap nabi kepada kaum muslimin yang lain.

Safwan bin Umayyah adalah diantara pemimpin kota Makkah yang sangat memusuh Islam, sehingga dia pernah mengutus Umair bin Wahab untuk membunuh Nabi. Pada waktu penaklukan kota Makkah, Safwan bin Umayah melarikan diri ke Jeddah dan berencana untuk pergi ke Yaman melalui perjalanan laut. Umair bin Wahab yang telah masuk Islam datang menjumpai Rasulullah dan berkata kepada beliau : Ya Rasulullah, Safwan bin Umayyah merupakan ketua kaum keluarganya. Dia melarikan diri dengan perasaan takut, dan bisa jadi nanti dia akan menerjunkan dirinya ke laut sebab ketakutannya tersebut “. Rasulullah segera bersabda : “ Dia diberi perlindungan “. Umair bin Wahab berkata : Ya Rasulullah, berikanlah kepadaku tanda perlindungan, sehingga dia percaya atas perlindungan tersebut “. Rasulullah segera memberikan serbannya dan serban itu dibawa Umair untuk berjumpa dengan Safwan bin Umayyah. Setelah sampai di Jedah, Umair menceritakan pertemuan dan perlindungan Rasulullah untuknya, tetapi Safwan masih tidak percaya dan dia takut akan dibunuh jika kembali ke Makkah. Umair berkata : “ Safwan, apakah engkau masih tidak percaya dengan sikap ramah dan kasih sayang rasulullah ? “. Mendengar ucapan itu, barulah Safwan bersedia ke Makkah menjumpai Rasulullah. Sewaktu berjumpa Rasulullah, dia bertanya : Wahai Muhammad, apakah engkau memberikan perlindungan kepadaku ? “. Rasul menjawab : “ Ya, memang benar aku telah memberikan perlindungan kepadamu “. Safwan meminta agar diberi waktu dua bulan untuk berpikir tentang tawaran nabi tersebut, dan nabi bersabda : “ Bukan saja dua bulan, malah aku memberimu waktu sampai empat bulan “. Akhirnya Safwan bin Umayyah segera masuk ke dalam agama Islam disebabkan dengan sikap kasih sayang Rasulullah kepadanya.

Penduduk Thaif pernah menghina, dan mengusir serta menganiaya Nabi sewaktu Nabi ingin berhijrah kesana. Mereka menyuruh anak-anak melempari nabi dengan batu, sehingga kaki nabi berdarah. Malaikat segera datang kepada nabi dan meminta izin kepada Nabi untuk membalikkan gunung negeri Thaif tersebut. Tetapi Nabi menolak permintaan malaikat Jibril tersebut dan berkata kepada Jibril : “ Mungkin nanti akan lahir dari negeri ini mereka yang beriman kepada Allah “ ( riwayat Bukhari ). Setelah penaklukan Makkah, sahabat meminta agar nabi mendoakan agar nabi melaknat masyarakat Thaif sebab kekafiran mereka. Nabi segera mengangkat tangan untuk berdoa, dan sahabat menyangka nabi berdoa seperti apa yang mereka minta, tetapi mereka mendengar doa nabi : “ Ya Allah, berkatilah penduduk Thaif dengan kejayaan Islam, dan kembalikan mereka ke Madinah dengan semangat persahabatan “ . Tidak lama setelah doa tersebut, penduduk Thaif datang ke Madinah dan memeluk agama Islam.

Pada peperangan Dzatur Riqa di tahun ketujuh hijrah, terjadi perdamaian, tetapi diantara pasukan musuh ada yang tidak puas dengan perdamaian tersebut, sehingga seorang pasukan musuh Ghaurats bin Haris menyelinap memasuki perkemahan kaum muslimin ingin membunuh nabi. Dia melihat nabi sedang istirahat di bawah sebatang pohon, dan pedang nabi tergantung di dahan pohon. Ghaurats mengambil pedang tersebut dan mengacungkannya kea rah nabi sambil berkata : Wahai Muhammad, siapakah yang akan melindungimu dari pedang ini ? Nabi menjawab : “ Allah “. Sewaktu Ghaurats mendengar kalimat tersebut, badannya gemetar dan pedangpun terjatuh. Nabi segera mengambil pedang itu dan berkata kepada Ghaurats : “ Siapakah yang akan melindungimu dari pedang ini ? “ Ghaurats menjawab : Tidak ada “. Nabi tersenyum mendengar jawaban tersebut dan berkata : Jika demikian bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasulullah “. Ghauts menjawab : “ Tidak, tetapi aku berjanji tidak akan memusuhimu kembali dan tidak bergabung dengan orang yang memusuhimu “. Nabi tidak memaksa Ghauts untuk masuk Islam, dan memafkan perbuatannya dan melepaskannya kembali kepada kaumnya.

Demikian juga sewaktu nabi berhijrah dikejar oleh Suraqah, dan sewaktu Suraqah sudah mendekat dengan mengacungkan pedangnya untuk membunuh nabi, Suraqah terjatuh dari kudanya. Hal tersebut terjadi sampai tiga kali, dan pada kali yang ketiga, Suraqah meminta tolong kepada nabi, dan nabi menolongnya dan melepaskannya untuk kembali kepada kaumnya, bahkan berjanji memberikan kepadanya gelang Raja Persia jika nabi dapat menaklukkan negeri tersebut, dan sejarah membuktikan bahwa kemudian hari Nabi membuktikan janjinya tersebut.

Demikianlah sikap pemaaf nabi yang ditunjukkan kepada musuh, sikap kasih sayang, bukan sikap pendendam, tetapi sayang sekali, pada saat ini, ada diantara umat Islam yang mengaku pengikut nabi, malahan mendakwa dirinya pembawa panji-panji syariat dan khilafah Islam, dan memakai simbol-simbol kenabian dan lain sebagainya, tetapi sikap mereka sangat kasar, atau melakukan pembunuhan dan lain sebagainya baik itu terhadap musuh, malahan kepada sesama umat hanya disebabkan tidak mengakui kepemimpinan mereka atau tidak sepaham dengan mereka, padahal Nabi Muhammad sudah menunjukan sikap pemaaf dan kasih sayang walaupun terhadap musuh dan lawan, dapatkah kita mencontoh sikap nabi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari ?

Fa’tabiru ya Ulil albab.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s