TADABBUR: Silaturrahmi di Hari Raya

Ust Arifin1

Dr. Muhammad Arifin Ismail, Lc. M.A., M.Phil

Dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas mendengar Rasululah saw bersabda : Pada waktu fajar daripada malam Lailatul Qadar maka malaikat Jibril berkata kepada seluruh malaikat : Wahai para malaikat, berangkatlah kamu semuanya ? Malaikat menjawab : ” Apakah yang akan dilakuan Tuhan yang maha Mulia Alah subhana wataala kepada umat Muhammad ? Jibril berkata : Allah taal melihat semua umat Muhammad pada malam tadi dan meberikan maaf atas kesalahan mereka semua, kecuali empat kelompok yang tidak diberi maaf”. Malaikat bertanya lagi : ” Siapakah mereka yang empat kelompok tersebut ? “.

Jibril berkata : Pertama, mereka yang selalu minum minuman keras, Kedua, mereka yang durhaka kepada kedua orangtua, Ketiga, mereka yang memutuskan tali persaudaraan ( silaturahmi ), Ke-empat, mereka yang sedang berad dalam pertengkaran dengan orang lain “. ( hadis riwayat Baihaqi, dan Ibnu Hibban, dari Kitab Targhb dan tarhib, Zakiyudin al Mundziri, jilid 2, hal.101).

Dari hadis diatas dapat dilihat bahwa seorang hamba akan mendapat ampunan dan kemaafan daripada Allah pada malam Lalilatul Qadar, tetapi dengan syarat bahwa orang tersebut telah lepas daripada segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia yang lain, seperti hubungan kepada orangtua, hubungan kepada saudara , dan hubungan kepada orang lain. Sebab itu ampunan dan kemaafan pada malam Lailatul Qadar tidak akan diperoleh bagi mereka yang masih durhaka kepada orangtua, mereka yang memutuskan tali silaturahim dan mereka yang masih bertengkar.

Hal ini sangat penting menjadi perhatian kita, sebab biasanya kita pada bulan ramadhan, dan dalam pencarian lailatul qadar perhatian kita difokuskan kepada ibadah ritual semata-mata, padahal ibadah dan ampunan Allah itu masih tidak akan diproses, sebelum seseorang yang berpuasa itu terlepas daripada sikap dan hubungan dengan manuaisa yang lain. Itulah sebabnya para ulama terdahulu membudayakan silaturahmi untuk saling meminta maaf di hari raya Idul Fitrie, sebab mereka takut jika amalan puasa mereka selama ramadhan itu terhalang sebab masih ada diantara saudara mereka, diantara kawan dan jiran yang maish belum memaafkan kesalahan dan kesilapan mereka dimasa lampau. Dari hadis inilah, maka ulama membuat sebuah ungkapan : “ Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin “.

Ungkapan tersebut dilanjutkan dengan datang berkunjung ke rumah orangtua, sanak saudara, keluarga, jiran dan kawan untuk meminta maaf dan menyambung tali silaturrahmi.

Budaya Silaturahim dengan mengunjingi saudara, kawan dan jiran merupakan budaya yang perlu dilestarikan sebab itu bukan hanya sekedar budaya masyarakat tetapi sebenarnya anjuran agama setelah melakukan puasa ramadhan agar amal ibadah kita dapat diterima.

Sayangnya, budaya mengunjungi saudara, keluarga, teman dan jiran ini semakin hari semakin pudar, berganti dengan budaya berlibur dihari lebaran bersama keluarga, sebab dianggap libur lebaran sama dengan libur biasa, padahal sebenarnya libur di musim lebaran ini bukanlah libur dalam arti beristirahat, tetapi libur yang haru dimanfaatkan untuk saling menginjungi keluarga, jiran dan kerabat, untuk saling meminta maaf, sebab itu merupakan syarat diterimanya amal ibadah dan mendapat ampunan dosa daripada Allah Taala di bulan ramadhan.

Oleh sebab itu, setiap rumah di masa Hari Raya ini akan membuka pintu rumah lebar-lebar sebagai tanda kesediaan diri untuk menerima tamu yang akan berkunjung. Demikian juga setiap rumah di hari raya ini akan menyediakan kueh raya, atau makanan ringan seperti lontong, dan lain sebagaimnya sebagai upaya penghormatan kepada tamu yang datang.

Sebagaimana dalam hadis disebutkan : “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulnya hendaklah dia memuliakan tamu, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhirat hendaklah dia menghubungkan silaturahmi, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah dia berkata yang baik atau diam “ ( hadis riwayat Bukhari dan Muslim ).

Budaya silaturahmi dan meminta maaaf ini terus dilaksanakan dalam masa yang panjang, malahan sebagaimana terjadi pada masyarakat kampung, biasanya kesediaan menerima tamu it uterus berlangsung selama bulan syawal sampai hari raya haji, dengan tanda dimana kueh lebaran tetap tersedia sampai disetiap rumah. Diharapkan denan waktu yang panjang tersebut, maka setiap orang yang dikenal dapat dijumpai untuk meminta maaaf dan bersilaturahmi.

Silaturahmi dan memberikan maaf atas kesalahan orang lain merupakan akhlak yang paling mulia, sebagaimana dalam hadis Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah : Wahai rasulullah,apakah akhlak yang terbaik ? Rasululah saw menjawab : ” Akhlak yang terbaik ada tiga pertama, adalah menyambung silaturahim dengan orang yang memutuskannya, kedua, memberikan maaf kepada orang yang pernah mendzalimi engkau, dan ketiga, engkau memberikan sesuatu kepada orang yang memusihi engkau ” ( Hadis riwayat Thabrani ).

Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda : ” Sesungguhnya di sekeliling Arsy itu ada beberapa mimbar dari cahaya, dan diatas mimbar itu ada suatu kaum yang memakai pakaian daripada cahaya, dan wajahnya juga seperti cahaya. Mereka itu bukan para nabi dan rasul dan juga bukan orang yang mati syahid; tetapi itu menjadi orang yang disukai oleh nabi dan syuhada. “. Sahabat bertanya : ” Ya rasulullah. Terangkan kepada kami siapakah mereka itu ?”. Rasul menjawab ; ” mereka itu adalah orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, mereka sama-sama duduk dalam jalan Allah, dan mereka saling kunjung mengnjungi dan bersilaturahim pada jalan Allah “. (Hadis riwayat Nasai).

Rasulullah saw juga bersabda : ” Jika seseorang berkunjung kepada saudaranya pada jalan Allah, maka Allah taala akan segera mengirimkan kepadanya malaikat, untuk bertanya : ” Wahai pulan, hendak kemanakah engkau ? “. Orang itu menjawab : ” Saya pergi untuk mengunjungi saudaraku si fulan “. Malaikat bertanya lagi : ” Apakah ada keperluanmu kepadanya sehingga engkau datang mengunjunginya ? “. Orang itu menjawab : ” Tidak ada keperluanku kepadanya, aku hanya ingin bersilaturahim. “. Malaikat bertanya lagi : ” Apakah ada hubungan keluarga antar kamu dengan orang yang akan kamu kunjungi tersbeut ? “. Orang itu menjawab : ” Tidak ada “. Malaikat bertanya lagi : ” Apakah engkau datang mengunjunginya, disebabkan engkau pernah mendapat nikmat pemberian daripada orang itu ? “. Orang itu menjawab : ” Juga tidak ada “. Malaikat bertanya lagi : ” Jika demikian, apakah yang menyebabkan engkau datang berkunjung dan bersilaturahim kepadanya ? “. Orang itu menjawab : ” Aku berkunjung dan bersilaturahim kepadanya adalah karena aku mencintainya di jalan Allah “. Malaikat segera berkata kepada orang tersebut : “Sesungguhnya Allah telah megutus aku kepadamu untuk menerangkan bahwa sesungguhnya Dia menvcintaimu karena cintamu kepadaNya , dan oleh sebab itu Dia akan mewajibkanmu masuk ke dalam surga ” ( Hadis riwayat Muslim ).

Fa’tabiru Ya Ulil albab.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s