FIKRAH: Nuzul Al-quran

Dr. Muhammad Arifin Ismail, Lc., MA, M.Phil

“Bulan ramadhan adalah bulan diturunkan Al Quran” (QS. Al Baqarah : 185)

Bulan Ramadhan adalah bulan turunnya al Quran. Menurut riwayat, pada bulan ramadhan juga diturunkan juga seluruh kitab suci yang lain. Mushaf Ibrahim diturunkan pada satu Ramadhan, kitab Taurat diberikan kepada nabi Musa pada enam Ramadhan, kitab Injil diturunkan kepada nabi isa pada tiga belas Ramadhan.

Al Quran diturunkan pada malam lailatu Qadar secara keseluruhan dan pada malam 17 ramadhan tahun pertama kenabian. Pada mulanya, kitab suci Al Quran tersebut disimpan disebuah tempat bernama Lauh Mahfudz (QS. Al Buruj :21-22, QS. Al Waqiah : 77-78)

Kemudian penurunan kedua terjadi dari tempat penyimpanan di Lauh Mahfudz ke tempat penyimpanan kedua yang bernama Baitul Izzah di langit dunia. Ibnu Abbas menyatakan: “Al Quran itu diturunkan secara keseluruhan dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam sesuai dengan kejadian dalam rentang waktu selama duapuluh tiga tahun “.(Hadis riwayat Hakim).

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Kitab suci Al Quran itu diturunkan dalam tiga kali tahapan.

Tahapan pertama, al Quran sebagai kalam Ilahi disimpan di Lauh Mahfudz sebuah tempat yang terpelihara berada di langit ke tujuh. Pada tahapan pertama ini, proses dan cara penyimpanan Al. Quran ini tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhana w taala. Keberadaan al Quran di lauh mahfudz ini dinyatakan dalam al Quran: “Bahkan mereka ( orang kafir ) mendustakan bahwa al Quran yang mulia itu tersimpan di Lauh Mahfudz “ ( QS. Al Buruj : 21-22 ).

Tahapan kedua, al Quran diturunkan secara menyeluruh dari tempat penyimpanan di Lauh Mahfudz ke tempat penyimpanan kedua yaitu di Baitul Izzah di langit pertama. Penurunan al Quran yang kedua ini terjadi pada malam yang disebut dengan malam Lailatul Qadar. Peristiwa ini hanya terjadi sekali di waktu yang hanya diketahui oleh Allah Taala. Dalam al Quran dinyatakan “ Sesungguhnya Kami telah menurunkan al Quran itu pada malam Lailatul Qadar “ ( QS. al Qadar : 1 ).

Agar manusia tidak melupakan peristiwa mulia tersebut yaitu turunnya al Quran pada malam Lalatul Qadar, maka setiap bulan ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar. Hanya saja malam Lailatul Qadar yang terjadi pada setiap bulan ramadhan tersebut, bukan lagi merupakan malam turunnya al Quran, tetapi menjadi malam ditentukannya segala takdir dan ketentuan nasib makhluk untuk setahun yang akan datang. Hal ini dinyatakan dalam al Quran :” “Sesunguhnya Kami turunkan kitab suci Al-Qur’an itu pada malam yang penuh berkah. Sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Pada malam itu ditentukan segala urusn dengan penuh hikmah (QS. AL Dukhan : 3-5 ).

Tahapan ketiga terjadi pada malam 17 Ramadhan tahun pertama kenabian, dimana pada malam itu turun lima ayat pertama yaitu : “ Iqra’ bismirabbikalladzi khalak, Khalaqal Insaana min Alaq, Iqrak wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insaana maa lam ya’lam “. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan segala sesuatu. Menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya “ ( QS. Al Alaq : 1-5 ).

Ayat pertama kali turun itu terjadi pada tanggal 17 ramadhan sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : ” Dan Kami turunkan kepada Muhammad di hari Furqan (Hari membedakan Angara yang hak dan batil ) hari terjadinya pertemuan dual pasukan (hari perang badar) dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu” ( QS. Al Anfal: 41). Sejarah mencatat bahwa perang badar itu terjadi pada 17 ramadhan tahun ke 2 Hijrah.

Sejak itu, ayat-ayat al Quran terus turun sesuai dengan kejadian yang berlaku selama dua puluh dua tahun, dua bulan, dua puluh dua hari, dengan ayat yang terakhir yaitu “
اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتى و رضيت لكم الاسلام دينا
“ Pada hari ini telah Aku sempurnakan seluruh ajaran agama bagi kamu dan Aku telah sempurnakan seluruh nikmat dan Aku ridha menjadikan Islam sebagai agama “. (QS. Al Maidah :3) yang turun pada waktu nabi sedang berada Arafah pada Haji tahun ke 9 hijrah.

Nabi Muhammad dalam proses menerima wahu tersebut dengan berbagai jalan. Jalan pertama, malaikat datang menjumpai nabi dalam bentuk manusia dan mengajarkan nabi untuk membacakan ayat ayat yang akan disampaikan dab nabi segera menghafal ayat ang disampaikan tersebut. Sebagai contoh, ayat pertama sampai ayat kelima dari surah al Alaq tadi dilakukan dengan cara demikian.

Jalan kedua, malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hati sanubari nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam. ” Dan sesungguhnya al Quran itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam Dan dibawa turun oleh malaikat jibril (arruhul amin) me dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberikan peringatan dengan Bahasa Arab yang jelas ” ( QS. Al Syuara : 193-195)

Sedang jalan ketiga dimana wahyu disampaikan kepada nabi seperti suara lonceng sebagaimana dinyatakan bahwa seorang sahabat nabi bernama Al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah menjawab, “Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dalam al Quran juga dinyatakan : “ Dan tidak ada bagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau sesuatu yang didengar dari belakang tabir atau dengan mengutus malaikat lalu mewahukan kepadana dengan seizinNya “ ( QS. Syura : 51 ).

Demikianlah sejarah nuzulul Quran yang terjadi kepada nabi Muhammad sallahu alaihiwasalam. Agar mansia tidak melupakan peristiwa tersebut, maka setiap malam tujuh belas ramadhan, umat Islam memperingati Nuzul Quran. Peringatan tersebut juga untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran kepada umat Islam agar sewaktu membaca al Quran, maka bacaan itu seharusnya dapat dipahami dan dihayati, sehingga petunjuk itu dapat dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep Nuzul Quran, dalam arti membaca, memikirkan makna untuk memahami ayat-ayat tersebut itulah yang harus dilakukan sehingga ayat-ayat tersebut dapat diturunkan ke dalam hati dan akal pikiran membaca al Quran.Inilah yang dinamakan dengan sikap dan aplikasi dari Nuzul Quran. sikap inilah yang ditanamkan oleh seorang ayah bernama Mir Muhammad kepada anaknya Iqbal dan sikap Nuzul quran yang ditanamkan ayahnya kepada Iqbal kecil itulah yang menjadikan Iqbal akhirnya menjadi serang penyair dan ahli filsafat yang terkenal dari negara pakistan

Muhamad Iqbal sejak kecil selalu membaca Al-Qur’an setelah usai sholat subuh. JIka anaknya membaca al Quran, maka si ayah bertanya: “Wahai anakku apakah yang sedang kamu kerjakan?” Iqbal pun menjawab: “”Wahai ayahku, aku sedang membaca Al-Qur’an..” Setiap hari si ayah bertanya dengan pertanyaan yang sama dan si kecil Iqbal pun menjawab dengan jawaban yang sama , sehingga pada suatu hari si kecil Iqbal berpikir kenapa ayahnya selalu bertanya jika ia sedang membaca Al-Qur’an.

Pada suatu hari Iqbal kecil bertanya kepada ayahnya:” Wahai ayahku, setiap aku membaca Al-Quran, engkau selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama. Apakah maksud pertanyaan ini wahai ayahku yang terhormat? Mir Muhammad menjawab:”Wahai anakku, aku selalu menyapamu ketika engkau sedang membaca Al-Qur’an agar engkau dapat benar benar menyadari bahwa engkau sedang membaca Al-Qur’an dan “BACALAH ALQUR’AN SEAKAN AKAN AYAT-AYAT TERSEBUT DITURUNKAN LANGSUNG KEPADAMU” Semenjak itu Iqbal selalu membaca Al-Quran dengan sebuah perasaan seakan akan setiap ayat yang dibaca merupakan perintah dan pedoman hidup yang ditujukan kepada dirinya sendiri.

Sikap Nuzul Qur’an dan usaha untuk menurunkan makna al Quran ke dalam hati sanubari inilah yang sepatutnya dapat kita lakukan setiap membaca kalam Ilahi dan kita dapat merasakan adanya komunikasi langsung dengan Tuhan dalam setiap ayat yang dibaca. Setalah makna ayat tersebut dipahami oleh akal pikiran dan dihayati oleh hati, barulah kita akan mengapkikasikan makna Al Quran itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Sikap Nuzul Quran dan aplikasi makna inilah yang akhirnya menjadikan Iqbal selalu hidup dalam petunjuk Al-Quran.

Sejarah hidupnya mencatat bahwa setiap malam Iqbal selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan penuh penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya. Penghayatan makna al Quran Dari ayat yang dibaca di malam hari itu yang menjadi inspirasi baginya untuk menuliskan syair dan puisi di besok hari, sehingga syairnya sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Iqbal setiap malam membaca Quran dengan menangis sehingga dikatakan bahwa pembantu rumahnya pada setiap pagi hari terpaksa menjemur Al Qur’an yang telah basah oleh air mata Iqbal yang jatuh pada tulisan al Quran pada setiap malam.. Inilah sikap danpraktik serta aplikasi Nuzul Quran yang dilakukan Iqbal setiap kali membaca al Quran.

Setiap ramadhan kita memperingati Nuzul Al Quran. Sudah selayaknya peringatan itu dilaksanakan agar kita dapat bersikap Nuzul Quran dalam setiap ayat yang kita baca. Hal itu dapat dilakukan dengan membaca ayat, memperhatikan makna dan kandungan, dan memikirkan bagaimanakah caranya agar kandungan ayat tersebut dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari . Bagaimana cara agar ayat-ayat yang dibaca tersebut menjadi landasan kita dalam beraktivitas , sehingga kerja kita , ekonomi kita, budaya kita, gaya hidup kita semuanya berdasarkan kepada nilai-nilai al Qur’an. Inilah makna, sikap dan apkikasi Nuzul Quran yang sepatutnya dapat dilakukan sehingga kita dapat menjalani dengan kehidupan yang berlandaskan wahyu ilahi. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s