Dari Kajian Daring #5 PCIA Malaysia: Menebar Manfaat dari Rumah di Masa Lockdown

NGOPI 4

Sebagai kelanjutan kegiatan edisi lockdown, Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Malaysia mengadakan kajian daring “Ngobrol Pakai Ilmu” (“NGOPI”) via aplikasi Zoom pada Ahad, 10/5/2020.

Pada edisi kali ini, kajian menampilkan dua orang figur wanita pegiat pendidikan di Medan. Keduanya adalah Elly Setiawati, pegiat PAUD dan Pusat Kajian Istaid Medan, dan Rosmidar, alumni S2 Ilmu Pendidikan IIUM yang kini mengajar Medan.

Dengan tema “Menebar Manfaat dari Rumah di Masa Lockdown”, kedua pembicara memaparkan pandangan dan pengalaman mereka terutama dari perspektif mereka sebagai ibu rumah tangga dan pegiat pendidikan.

Pembicara pertama Ummi Elly yang juga adalah Penasihat PCIA Malaysia ini membuka paparannya dengan mengajak agar kita perbanyak syukur kepada Allah Swt.

Diam di rumah selama dua bulan lebih telah memperkuat kebersamaan dengan anggota keluarga. Ini akan membuat kita lebih memahami pasangan masing-masing.

Ibu empat anak yang kini menetap di Kuala Lumpur berkata, ada tiga fase yang kita lalui dalam menghadapi Covid-19, yaitu Fase Takut, Fase Belajar, dan Fase Berkembang.

“Dalam fase pertama, kita merasakan ketakutan dan kepanikan akibat merebaknya wabah Covid-19 ini. Selanjutnya tercetuslah “panic buying”, misinformasi, keluh kesah, khawatir dan marah berlebihan, serta mudah menyalahkan orang lain.”

“Namun hal ini seharusnya tidak berterusan, karena kita memasuki fase belajar,” demikian Ummy Elly.

Dalam fase ini, kita mulai mengerti situasi dan kondisi, memahami keterbatasan diri, dan akhirnya mulai mengenal dan mengontrol emosi diri.

“Kita akan berfikir sebelum berbuat sesuatu, dan menyadari bahwa semua orang juga sedang mengalami kesulitan yang sama.”

Menurut Ummi Elly yang pernah mendirikan PAUD di Kuala Lumpur ini, keadaan akan membaik dan berbalik positif jika kita mulai memasuki fase berikutnya, yakni fase berkembang.

“Saat itu kita mulai berfikir dan mencari tahu apa yang diperlukan untuk orang lain, sehingga dapat membantu satu sama lain,” demikian Ummi Elly.

“Disinilah kita dituntut untuk mengenali potensi diri dan mengkoneksikannya ke persekitaran, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.”

Untuk dapat melalui proses tersebut, Ibu asal Medan ini mengatakan, penting bagi kita ridho dan berprasangka baik dengan ketentuan Allah. Lalu, mau mengasah diri dan mencari cara agar beradaptasi dengan perubahan yg berlaku.

Selain itu, sikap positif seperti berempati dengan orang lain dan senantiasa menghargai dan berterima kasih kepada orang adalah tips yang jitu untuk dijalani.

Pembicara kedua adalah Rosmidar, alumni Fakultas Pendidikan International Islamic University Malaysia (IIUM) yang juga mantan sekretaris PCIA Malaysia periode 2015-2019.

Kak Ros, demikian beliau disapa, menekankan hubungan kausalitas positif antara syukur dan kebahagiaan. Artinya, orang yang banyak bersyukur akan semakin merasa senang dan bahagia.

“Ada lima hal yang kita peroleh saat kita bersyukur,” demikian Kak Ros. “Pertama, mengurangi rasa sakit. Lalu, meningkatkan kebahagiaan serta mengurangi depresi. Selanjutnya ini akan berujung pada penguatan mental”

“Selain itu syukur akan melahirkan pribadi yang sosial, pro-masyarakat. Sehingga dengan itu, rasa syukur akan mendekatkan kita pada Allah dan menjadikan kita manusia yg utama.”

Ibu empat anak ini menambahkan, bahwa rasa syukur itu muaranya adalah manfaat dan perbaikan untuk diri kita sendiri.

Duet Medan“Orang yang tidak mampu bersyukur akan dikalahkan oleh hawa nafsu dan emosi dirinya sendiri. Jika emosi meningkat, maka logika akan menurun. Dan jika logika meningkat, maka emosi akan menurun.”

Kedua pembicara sepakat bahwa pandemi ini adalah ujian untuk kita “naik kelas” di mata Allah.

Menurut keduanya, pandemi ini adalah ujian dari Allah. Apakah kita akan lulus atau tidak tergantung bagaimana kita menghadapinya. Indikatornya, bisakah kita tetap mampu beribadah dan bersosial dg baik?

Yakinlah bahwa masalah itu bukan untuk diratapi, tapi untuk dihadapi, agar potensi diri bisa tergali dan kita tetap dalam koridor ketaatan.

Dilaporkan oleh: Silmi Fitri.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s