
Dr. Muhammad Arifin Ismail, Lc., MA, M.Phil
Jika kita memasuki bulan ramadhan, maka yang pertama kita lakukan adalah shalat taraweh.
Shalat taraweh jika kita umpamakan dengan kenderaan adalah untuk mengisi air bateri agar batere tetap kuat dan dalam kondisi yang baik.
Manusia mempunyai jiwa dan ruh. Jiwa dan ruh manusia adalah bagaikan sebuah batere. Jika batere perlu diisi ulang, sehingga kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai bahan penggerak, demikian juga dengan jiwa dan ruh manusia.
Pengisian ruh adalah dengan salat, itulah sebabnya rasulullah jika akan salat berkata kepada Bilal bin rabah, “ Yaa Bilaal, arihna bissalah…Wahai Bilal tenangkan jiwa kami dengan shalat “( riwayat Abu Daud). Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda : “Qurrata Aini fisshalaah.. Penyejuk hatiku, adalah dalam shalat “. ,( riwayat Imam Nasai).
Shalat adalah sesuatu yang dapat menghibur diri dan jiwa. Berarti shalat adalah pengisian jiwa dan ruh agar tetap kuat.
Ramadhan bermula dengan malam hari, dan kegiatan pertama yang dilakukan di malam hari dalam bulan ramadhan adalah melaksanakan shalat taraweh.
Shalat Taraweh secara bahasa adalah shalat yang dapat memberikan ketenangan dalam hati, sebab kata “Taraweh” adalah jamak dari kata-kata “ tarwihah “ yang bermakna sesuatu yang dapat memberikan ketenangan.
Oleh sebab itu maka perbuatan yang dilakukan di awal ramadhan di malam ramadhan pertama adalah shalat taraweh yang bertujuan untuk meperbaiki, menyucikan dan menguatkan ruh dan jiwa manusia.
Dengan melakukan shalat taraweh baik itu delapan atau dua puluh rakaat, maka ruh dan jiwa kita akan kuat, sehat dan suci, dan hal ini dapat terjadi jika kita dapat menikmati shalat dan menjadikan shalat sebagai penghibur hati dan jiwa..
Kita tidak perlu bertengkar tentang bilangan rakaat, karena dalam ibadah shalat biasanya ada bilangan minimal danm maksimal. Jika dalam shalat duha minimal dua rakaat, maksimal delapan rakaat, dalam shalat witir minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat, tergantung kepada kemampuan dan keinginan kita untuk melaksanakannya.
Demikian juga dengan shalat taraweh, minimal delapan rakaat dan boleh juga duapuluh rakaat. Malahan dalam sejarah Islam tercatat bahwa masyarakat Madinah pernah melakukan shalat taraweh dengan tiga puluh enam rakaat, dan umat islam dalam masa kepemimpinan Umar Abdul Aziz melaksanakan shalat taraweh dengan empat puluh empat rakaat (Kitab Nailul Author,
Imam Syaukani,jilid3, hal.53). Mereka melakukan shalat tersebut dengan penuh kenikmatan, sebab bilangan rakaat itu dapat menambah kenikmatan mereka karena ruh itu akan kuat jika selalu berdialog dan berjumpa dengan Tuhan, sang pencipta.
Jika kita misalkan shalat taraweh sebagai penguatan ruh dan jiwa , sama seperti air bateri yang diisi ke bateri untuk menguatkan bateri itu kembali. Jika air bateri ada batas minimal dan batas maksimal dalam pengisiannya, demikian juga bilangan shalat taraweh ada batas minimal sehingga dapat dikatakan bahwa bilangan delapan rakaat adalah batas minimal shalat taraweh untuk dapat menguatakan jiwa dan ruh yang terdapat dalam diri manusia.
Oleh sebab itu yang sepatutnya menjadi perhatian kita bukanlah bilangan, tetapi kualitas shalat taraweh yang dilakukan, apakah shalat tersebut sudah dapat menguatkan dan meningkatkan hubungan ruh dan jiwa kita dengan Allah subhana wattaala.
Semoga dalam ramadhan ini kita dapat menjadi manusia taraweh, hamba yang memilki ruh yang bersih dan kuat sehingga hubungan kita dengan Allah bertambah erat,kuat dan nikmat.Wallahu a’lam.