
Oleh: Muslihun
Dalam kamus bahasa Arab, perkataan “wasola” berarti menghubungkan, menggabungkan atau menyatukan. Bentuk masdar (gerund) dari kata “wasola” adalah silatun (hubungan). Penggunaannya dapat ditemukan pada suku kata “silaturahmi” yang bermakna hubungan kasih sayang.
*
Beberapa hari terakhir ini, handphone saya dihujani perkataan WASOLA terlalu kerap. Ternyata ada makna lain dari WASOLA yang tidak wujud dalam kamus bahasa Arab di manapun. WASOLA yang ini ternyata ringkasan dari “WArung SOto LAmongan.” Warung ini baru saja dibuka secara rasmi pada 16/08/2020 lalu.
Sebagai negara serumpun, eksistensi masyarakat Jawa di Malaysia bukanlah suatu yang baru. Begitu juga dengan kuliner Jawa, tidaklah suatu hal yang baru. Namun, menurut saya warung ini memiliki keistimewaan tersendiri.
Mengapa? Di Indonesia, Soto Lamongan sudah terkenal dengan kelezatannya. Di warung Wasola, rasanya boleh dikata dapat mewakili aslinya, sebab chefnya pun orang Lamongan asli. Istri saya yang mempunyai darah Lamongan mengakuinya taste soto di Wasola katanya “weenak”.
Lebih dari persoalan rasa, Warung ini ternyata milik organisasi Muhammadiyah Cabang Istimewa Malaysia. Muhammadiyah merupakan perserikatan Islam yang terkenal dengan dakwah, pendidikan dan amal usaha.
Kabarnya, dana pendirian warung ini semua berasal dari Lembaga Zakat atau Lazismu Pusat dan gotong royong anggotanya di Malaysia. Semangat padu mereka, telah menghasilkan warung apik dan menarik terletak di pusat kuliner Kuala Lumpur di Kampung Bharu.
Filosofi WASOLA yang menghubungkan, terbukti dapat menghubungkan kerinduan masyarakat Indonesia Yang tinggal di Malaysia dengan masakan autentik Lamongan. Bagi warga Malaysia yang selama ini sudah mengenal ayam penyet, maka Soto Lamongan salah satu menu andalan yang patut dicuba.
Di Wasola juga hubungan silaturahmi sesama warga Indonesia di Tanah Malaya dapat terjalin. Hubungan baik rakyat dua negara bertetangga dan bersaudara juga dapat dieratkan di sini.
Oya, hasil keuntungan dari Warung ini dengan pengurusan yang profesional, akan kembali kepada maslahat umat.
Makan di Wasola berarti menikmati sajian istimewa, dengan harga berpatutan sambil menyumbang di jalan dakwah. Ibarat kata orang bule, “kill two birds with one stone.”
Akhirnya, muara motivasi diri seorang mukmin adalah menuju ridha Allah. Medianya boleh melalui apa saja yang baik dan menarik, termasuklah dengan Soto Lamongan. Emm, Nyummy.. 😊.
PJ, 18/08/2020.