
Coretan Umai #17
Muhammad Ali Imran, Lc.
Surah ini bercerita tentang manusia yang terlalu cinta pada harta. Hidupnya dihabiskan untuk mengumpulkan dan menghitung-hitungnya. Jika berkurang sedikit saja, dia akan merasa sangat kecewa.
Sampai-sampai dia alergi mendengar kata “zakat” dan “sedekah”.
Maka ditumpuknya harta itu hingga mencapai trilyunan. Dia berharap bisa cukup untuk tujuh turunan. Halal-haramnya pun tak pernah dipedulikan. Dia menyangka, hartanya itulah yang akan mengekalkan.
Allah pun memperingatkan bahwa semua manusia pasti mati! Sebanyak apapun harta yang dimiliki, takkan dapat menghalangi. Yang jadi masalah adalah, kematian bukanlah akhir perjalanan, ia justru sebuah permulaan.
Perjalanan setelah kematian justru lebih lama dan panjang. Penghujungnya salah satu dari dua perhentian. Apakah disambut ke surga yang penuh kenikmatan, atau dicampakkan ke Huthamah yang mengerikan.
Apakah gerangan Huthamah itu?
Kata Allah, ia adalah api yang menyala-nyala. Bakarannya terasa hingga ke hati manusia. Tak ada celah sedikitpun untuk lari dari sana. Semua terikat di antara tiang-tiang panjangnya.
Lalu bagaimana dengan kita?
Memang tak ada salahnya punya banyak harta, asalkan tidak diperhamba olehnya. Boleh saja giat mengumpulkannya, tapi jangan lupa untuk memberikan haknya. Utsman bin Affan pun kaya raya, tapi harta tak mampu menguasai hatinya. Maka tanya diri kita, mau meniru yang mana?
Bacalah Quran sebagai manual kehidupan!
17 Ramadan 1441
Inspirasi: Al-Humazah 2-9